Minggu, 09 April 2017

Pengalaman Interview di Tribun Jogja.

Halo, semuanya, kali ini aku akan membagikan pengalamanku tes dan interview di Tribun Jogja. But don't take it serously karena ini lebih ke isi obrolannya yang menurutku gaje banget. Iya, aku-nya yang gaje dengan jawaban spontan dan terkesan... err... memalukan.
Jadi awalnya waktu itu ada lowongan reporter di Tribun Jogja. Karena aku tertarik dan sebenarnya  suka dengan bidang pekerjaan yang aku lamar (karena pasti akan belajar banyak hal, bertemu orang-orang baru, tahu berita lebih awal dari yang lain dan berusaha membuat berita anti hoax hehehe.
Jadi ketika ada undangan tes (yang awalnya Senin tapi aku tidak datang karena ada halangan tapi akhirnya hari Rabu ada panggilan lagi dan kali itu aku datang).
Aku datang dan bertemu dengan calon lain yang sudah datang yaitu mbak sama mas siapa aku lupa namanya. Mereka lulusan salah satu Universitas di Jogja jurusan Sastra Indonesia (apalah aku yang beda jurusan alias nggak nyambung wkwk). Jadi setelah nunggu beberapa saat sambil ngobrol, kami diharuskan mengerjakan tes tertulis tentang bahasa (ada beberapa lembar, untung aku udah sarapan wehehe).
Soal-soalnya kalau tidak lupa adalah sinonim antonim, perulangan kata, pengetahuan umum, arti kata, kemudian menerjemahkan berita bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan banyak lagi jenisnya (udah agak lupa) yang jelas banyak lembarannya. Ada beberapa yang bisa aku jawab, sisanya aku pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Wkwk 
Setelah kurang lebih dua jam, jam 12 kami bisa beristirahat selama satu jam di luar sambil menunggu proses interview (Btw tadi ada mbak-mbak yang telat dateng tes tapi dia sudah selesai duluan waktu mengerjakan, sempat ngobrol dan katanya mbaknya sebelumnya juga pernah ikut tes serupa di Tribun Solo). Berada di antara orang-orang yang sudah berpengalaman sebelumnya membuatku keder juga (jurusan Sastra Indonesia paling tidak mungkin sudah belajar tentang pers dan tahu lebih banyak soal itu atau bahkan sudah ada pengalaman, hanya saja waktu itu tetap maju saja, karena memang nggak ada yang tahu, kan?).
Jadi setelah waktu yang ditentukan, kami kembali ke dalam kantor dan menunggu dipanggil, dan beruntunglah aku dapat giliran pertama (entah ini beruntung atau tidak, entahlah). Ketika memasuki ruangan ada dua Bapak-bapak yang menunggu di dalam untuk menginterview, salah satunya Bapak Krisna dan sebelahnya aduh aku lupa namanya. Keduanya awalnya tampak seram (ini sih karena akunya yang gugup, hehe). Ketika itu aku memperkenalkan diri dulu, dan sambil membaca CVku Pak Krisna mulai mengajukan beberapa pertanyaan. Intinya seputar diri kita, alasan ingin menjadi reporter dan banyak lagi karena aku waktu itu merasa jadi kayak ngobrol biasa, alias suasananya mencair dan jawaban-jawaban konyol yang langsung terlontar begitu saja dari mulutku sampai ingin rasanya langsung membenturkan kepalaku di meja besar di depanku.
Yang aku ingat dengan jawaban spontanku (entah karena sudah lama ngobrol aku bahkan lupa kalau ini interview (Ya Tuhan maafkan aku), dan juga ada poin dimana ketika itu beberapa kali Pak Krisna mengulang pertanyaan yang sama,”Jadi belum ada pengalaman dalam reporter, ya?” yah dan jawaban belum-ku mungkin mengurangi poin disana, juga ketika menjawab kekurangan diri yang aku bilang sedikit kurang percaya diri aku yakin itu mengurangi banyak nilai disana meskipun sudah ngomong alasan untuk memperbaikinya dan berusaha lebih baik lagi, tapi yah siapa yang tahu?
Nah beberapa pertanyaan dan jawaban konyolku ketika sudah bertanya dalam hal lain, misalnya Pewawancara (P) dan Aku (A).
P : “Jadi sudah ada pacar belum?”
A : “Sudah pak,”
P : ”Berapa lama?”
A : “3 tahun pak,”
P : “Wah lama juga ya, darimana pacarnya dan sekarang dimana?”
A : “Dari Banyumas, Pak, sekarang kerja di Jogja,”
P : “Ooh, jadi sering ketemu, ya?”
A : “Ya tidak pak, jarang ketemu, paling sebulan sekali atau sebisanya kami,”
P : “Wah padahal sama-sama Jogja, ya, la nanti kalau kamu jadi reporter kamu bakal nggak ada waktu buat ketemu lagi lho, reporter itu harus siap siaga kalau ada berita harus kemana gitu. Meskipun tidak bekerja di kantor selama seharian penuh tapi tetap harus stand by kalau ada berita baru. Belum lagi hari liburnya yang tidak seperti pacarmu mungkin karena menjadi reporter hari libur tidak selalu sabtu dan minggu, bisa saja hari lain. Apa kamu tidak masalah dengan itu?”
A : “Ya tidak masalah, Pak. Karena saya belum jadi reporter saja sudah jarang ketemu, Pak. Jadi apa bedanya?” ß JAWABANKUUUUUUU APAAAA INI MAKSUDNYAAAAAAA
Dan kedua bapak penginterview-nya tertawa.     
Dan lagi ketika membaca CVku bapaknya mulai membahas satu persatu. Ini yang aku ingat,
P : “Iya jadi kita disini juga membutuhkan reporter yang multi-talenta seperti kamu (Aku merasa kepalaku membesar wkwk), ini IPKmu cumlaude, ada beberapa prestasi dalam bidang bahasa Jepang dan ikut organisasi olahraga. Hmm… Ini yang prestasi pidato dan yang Story telling bahasa Jepang ini bagaimana? Lah kamu bisa praktekin nggak misalnya memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang?”
A : “Eh bisa pak. (Terdengar suara retakan dan gemuruh bledheg di dalam hati karena permintaan yang tiba-tiba, jadi dengan gugup aku memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang dan memberitahukan alasanku masuk ke Tribun Jogja sebagai reporter itu kenapa, celakanya karena aku lupa bahasa Jepangnya reporter, ya langsung saja aku memakai kata REPOTAA yang aku serap dari bahasa Inggris ke bahasa Jepang, alias bukan bahasa Jepangnya yang asli, tapi serapan. Wkwk. Dan bapaknya juga mengetahuinya. “Itu tadi pakai kata serapan bahasa Inggris, ya?” dan aku mengangguk.
P : “Ini kamu juga ikut olahraga pencak silat ya? Ya gawat ya berarti, ya? Macem-macem langsung ditinju nanti. Kamu pernah ikut tanding di kejuaraan tidak? Mungkin event-event tertentu?”
A : “Dulu sempat ikut keatlitan Pak dan akan ikut bertanding di event Championship di UNS, hanya saja karena cedera jadi batal karena tidak diijinkan orang tua,”
P : “Cedera apa? Patah tulang?”
A : “Bukan, pak. Tapi cedera di kepala karena terbentur sewaktu latihan dengan teman dan efeknya jadi hilang keseimbangan selama beberapa waktu, Pak.
P : “O berarti keras, ya? Nah itu kenapa bisa begitu, berarti yang salah siapa? Temannya bagaimana? Terus? ”
A : “Iya pak. Karena setelah itu selama beberapa minggu hilang keseimbangan. Ya yang salah saya pak, karena sayanya yang kurang sigap sewaktu jatuh sehingga kena bagian kepala duluan. Terus sempat akan rontgen tapi tidak jadi karena waktu itu mahal,”
P : “Oh iya berarti memang ya kalau misalnya mau jatuh kan sudah ada prosedurnya sendiri harus bagaimana, begitu, kan? Lah sekarang gimana? Masih ada efek dari terbentur tadi?
A : “Iya pak… Hmm.. Sepertinya sih tidak Pak,” ß SEPERTINYAAAA? RASANYA AKU INGIN MEMUKUL KEPALAKU SENDIRI PAKAI GULUNGAN KORAN KALAU AKU YANG SEKARANG ADA DISANA.
Bapak-bapaknya ketawa dengar jawabanku. Ya ampun aku berasa jadi stand up comedy beginii karena spontannya jawabku tanpa disaring. PLZ HELP MEEE.
Kemudian bertanya-tanya lagi misalnya
P :”Kalau kamu jadi reporter kamu ingin ke rubric apa? Jadi kan sudah ada spesialisasinya. Mungkin olahraga, ekonomi,… ”
Dan tanpa waktu yang panjang aku menjawab
A : “Kriminal Pak” ßSERIUS SPONTAN BANGET. TAPI AKU MEMANG SUKA SIH TAPI BAPAKNYA MALAH KETAWA PLIS MUNGKIN CARA JAWABKU KALI YAH.
P :”Alasannya kenapa?”
A :”Ya karena saya tertarik mengikuti perkembangannya, Pak. Seperti kasus UII” (Waktu itu memang sedang booming kasus mahasiswa UII). Dan memang saya suka, Pak. <-SUKA APA FIL, YANG JELAS FILLLLLL!
P :”Saya kira karena kamu suka olahraga kekerasan jadi kamu sukanya yang keras-keras kriminal begitu,”
A: “Err…Bukan begitu sih pak, Lebih ke perkembangannya,”      
Dan kemudian beberapa pertanyaan lagi, seputar kekerasan dalam perguruanku dan aku selalu menjawab,”Ya itu hanya oknum Pak, saya sendiri tidak pernah seperti itu (CIEEEEEEEE). Itu oknum, Pak tidak lantas semuanya begitu. mungkin karena mereka didoktrin dengan ajaran yang salah,” (CIEEEEEE BIJAAAAK)
Dan kemudian ketika ditanya apakah aku suka menulis ya aku jawab mempunyai blog dan langsung saja bapaknya meminta alamat blogku yang ini dan kemudian membaca tulisannya langsung di depanku. Waktu itu sih Bapaknya membaca tulisanku yang tentang cerita Horror di rumahku itu. Rasanya nano-nano ketika tulisanku dibawa orang keren macam bapak penginterview dari Tribun. Antara malu dan sedikit senang, sih. Kemudian dilanjut dengan pertanyaan mengenai hantu-hantu di rumahku wkwk dan lain-lain.
Dan setelah satu jam (iya bener) aku keluar ruangan dan bapaknya bilang kalau kualifikasinya memenuhi akan dipanggil lagi (melihat hasil tes tertulis juga) dan apalah aku karena waktu itu sebenernya aku sudah merasa kalau tidak akan dipanggil lagi, karena belum adanya pengalaman dan mungkin tes tertulisku juga nilainya tidak sebaik yang lain, entahlah. Hanya saja ini interview yang paling berkesan karena aku malah lupa kalau sedang menghadapi interview (Ya Tuhan apalah aku). Yang jelas pengalaman berharga dan rasanya sebenarnya menyenangkan, ya kalau bekerja disana. Nah. Sampai jumpa di lain kesempatan di cerita yang lain lagi!

9 komentar:

  1. Hallo mba aku tinggal di depok jawa barat
    Aku jg ada pengalamn di tribun news, tp emailnya ke warta kota
    Aku juga dpt cumlaude (tp untung ga di tanya detail hehe)
    Aku jg di tanya pacar tapi aku bilang aja ga punya dan jawaban dr bapak yg interview "yah kasian deh"

    Dan emang benar benar cair suasana nya ngga kaya interview pada umumnya hehe
    Aku cuma mau sharing aja sih hehe, aku juga di suruh nunggu kabar paling lama 2 minggu
    Tp aku mikir ga di terima karena aku bener bener ga ada pengalaman reporter
    Cuma jurusan akukan jurnalistik jadi aku bener bener exited hehe tp aku jadi minder hehe

    BalasHapus
  2. Saya juga dapat psikotes dan tes bidang di Tribun News. Saya lamar lewat jobstreet.

    Saya ada pengalaman reporter satu tahun. Tapi pas psikotes dan tes bidang saya merasa kurang maksimal.karena badan daya kurang fit. Lolos nggak yah? Soalnya suruh nunggu sampai Januari tahun depan.

    BalasHapus
  3. Saya juga dapat psikotes dan tes bidang di Tribun News. Saya lamar lewat jobstreet.

    Saya ada pengalaman reporter satu tahun. Tapi pas psikotes dan tes bidang saya merasa kurang maksimal.karena badan daya kurang fit. Lolos nggak yah? Soalnya suruh nunggu sampai Januari tahun depan.

    BalasHapus
  4. Thanks banget lo, mau share pengalamannya. Aku dapat panggilan buat interview di Tribun, daerah Banjarmasin post. Sdh lulus tes bidang + psikotes. Tapi gak punya pengalaman jadi reporter. Bingung juga sebenarnya, niatku jadi reporter belom mantap. Tapi dicoba dulu deh. Doakan ya semuanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tes bidangnya ngapain ya kak?
      Aku tgl 2 besok mau tes
      Tolong dijawab dong kak

      Hapus
    2. Hallo kak, saya izin tanya.
      Untuk tes bidangnya kita disuruh ngapai yaa?
      Mohon dijawab ya kakak, saya juga mau interview🙏🏻

      Hapus
  5. Akhirnya abis interview lolos ga kak?

    BalasHapus
  6. Hallo kakak..
    Izin tanya, untuk tes bidangnya itu ngapai aja ya? Mohon informasinya ya kak. Terimakasih🙏🏻

    BalasHapus